Jumat, 18 April 2008

membubarkan ahmadiyah

lagi-lagi,
lagi-lagi,
lagi-lagi nalar tak lagi dipakai. PAKEM kejaksaan agung menyatakan ahmadiyah terlarang di indonesia. untuk itu, sebagai sebuah keyakinan ahmadiyah tidak diberi ruang hidup di negeri ini.

bukan soal ahmadiyah nya, wong saya juga tidak berurusan dengan ahmadiyah. mau ada ahmadiyah mau nggak ada, tidak ada secuilpun hubungannya dengan saya.
yang menjadi soal buat saya adalah, logika pelarangan tersebut. bahwa ahmadiyah bukan organisasi kriminal, dan ahmadiyah hanyalah sistem kepercayaan yang dilembagakan karena kesadaran berorganisasi para pemercayanya.

sistem kepercayaan buat saya, seperti orang yang percaya lingkar bokong inul 72,5cm. lalu orang-orang yang percaya bahwa lingkar bokong inul 72,5cm berserikat, dan menamai kepercayaannya tersebut. nah, di lain sisi ada juga yang percaya bahwa lingkar bokong inul 75,2cm. orang-orang yang percaya 75,2cm ini kebetulan menjadi mayoritas dan membentuk mainstream, dilembagakan pula.

kedua kelompok tersebut sama-sama bukan organisasi kriminal. karena merasa sehati, lalu bersama-sama berlomba-lomba dalam kebaikan, dalam jalinan kepercayaan terhadap lingkar bokong tersebut. sama sekali bukan kriminal.

membubarkan ahmadiyah, sama persis dengan membubarkan salah satu dari kelompok pemercaya lingkar bokong tersebut. padahal bisa jadi dua-duanya benar, karena makan nggak teratur, lingkar bokong inul nggak stabil, kadang mengkeret, kadang melar. atau dua-duanya salah, karena inul dietnya berhasil, lingkar bokongnya kini 60cm.

yang tahu lingkar bokong yang tepat tentu saja inul sendiri, dan tentu saja mas adam..hahaha.

nah, apa PAKEM kejaksaan agung juga nanti akan membubarkan para pemercaya lingkar bokong?

bahwa kepercayaan adanya di dalam pikiran, mustahil ada kekuatan yang bisa memenjarakan pikiran.

Rabu, 05 Maret 2008

uripmu gimana sih rip?

kenapa sih ngetop banget istilah maling ayam? mungkin pernah ada pemilu di antara para maling untuk memilih binatang terfavorit buat dicuri. pemenangnya adalah AYAM :) hehe.

ngomong-ngomong tentang maling ayam, pasti mereka iri banget sama maling yang minggu ini ngetop banget di televisi. maling ini profesinya "pedagang permata". hebat ya...sedangkan pekerjaan sampingannya sebagai jaksa, gak tanggung-tanggung, meski kerja sampingan, si jaksa ini pernah menuntut amrozi dihukum mati, dan dikabulkan sama hakim. sebagai kerja sampingan, pedagang permata yang nyambi jadi jaksa ini prestasinya hebat. sampai-sampai pak hendarman percaya sama pedagang permata ini buat memimpin tim penyelidik kasus BLBI untuk BDNI. hebat!!!

hebat??? hebatt dongg!! saya adalah URIP, tentu saja nama itu do'a. sebagai URIP, ia bisa hidup dimanapun, TRI..berarti berfungsi 3 (1. sebagai pedagang permata 2. sebagai jaksa 3. sebagai maling). GUNAWAN, nyaris gundul tapi kurang menawan, orang dewasa lelaki yang berguna (buat om syamsul nursalim tentu saja).

kok saya kayak sebel banget ya sama URIP ini?? ya iyaa lahhh, sebenernya saya tidak peduli mau namanya siapa. tapi URIP adalah lampiasan kemarahan (mungkin juga jutaan orang selain saya) karena calutak (sunda = ga tau diri) menjadi bagian dari akal-akalan membebaskan orang yang nyata-nyata telah curi harta kita (kita = saya pembayar pajak yang baik). bayangin aja, udah taat-taat patungan bayar pajak tiap hari (sampe menghisap asap racun/rokok aja dipajakin)..eeeehhh, duitnya malah dimaling. minggu ini, URIP adalah puncak gunung es di jagad permalingan indonesia, mungkin minggu depan puncaknya akan berganti nama entah siapa...

memang kita harus mengedepankan asas praduga tak bersalah, tapi bolehkah asas tersebut mengentuti akal sehat?

*sambil nulis ini, saya berdo'a..ya Allah, mudah-mudahan kelak anak-anak kami tidak menjalani kisah tragis URIP ini. dan semoga URIP ini menjadi penebus kesialan anak-anak kami di masa depan. sudah cukup, URIP saja...semoga Allah mengampuni dosanya.

*PS : buat URIP, kalau pengen sama-sama terkenal tapi hukumannya ringan, kenapa tidak jadi maling ayam saja? btw, selamat menikmati konsekuensinya ya bo!

Minggu, 02 Maret 2008

silit lidah

entah karena saya tidak cerdas, atau karena lemah otak (hehe..sama aja ya?), saya tidak dapat mencerna kecerdasan para panelis silat lidah di antv. 5 gadis, 1 emak-emak, dan 1 laki-laki yang katanya skeptis (ini ngakunya, hehe..kok ada ya orang bangga ngaku skeptis?).

talk show yang menawarkan perspektif lain ini ( ini juga ngakunya lho..), liat dari iklannya sepertinya menarik. bagaimana tidak? perempuan-perempuan menor yang seksi mau memamerkan kecerdasannya di televisi, seperti oase di tengah padang pasir sinetron indonesia (hahaha...) yang penuh akting-aktingan slapstick yang tolol dan modalnya cuma melotot-melotot. silat lidah seperti menawarkan harapan baru.

harapan baru??? haaahhh!!!

ternyata tidak, entah karena saya kurang cerdas mencerna, saya tidak menemukan apa yang diharapkan di iklannya. kecuali perempuan-perempuan menor yang sedang berusaha terlihat cerdas tanpa mengerti apa yang dibicarakannya (ketika mereka membicarakan kemiskinan dengan gaya yang meyakinkan...huh, tahu apa sih mereka tentang miskin dan lapar, sedangkan mereka dibayar mahal untuk bicara tentang miskin dan lapar).

dalam edisi uncut (ndak disensor), yang menonjol malah ungkapan-ungkapan "jorok" yang saya tidak tahu dimana letak kecerdasannya, jika jorok = cerdas...hahaha, saya tidak tahu harus berkomentar apa. kata orang jawa, lidahnya lebih dekat dengan silit.

akhirnya, saya berikrar tidak akan menonton silat lidah lagi, kecuali judul acaranya diganti menjadi "silit lidah". dan para panelis menor itu lebih baik diam saja, cukup dadanya saja yang bicara. karena nampaknya, kecerdasan yang mau dipamerkan itu kalah dari pameran belahan dada mereka. selebihnya...yahh, sinetron slapstick biasa, melotot-melotot saja.

dosa terfavorit

ayo jujur saja, kamu punya dosa favorit kan? saya juga punya.

sejujurnya, saya punya banyak dosa favorit, bahkan semua dosa sepertinya dosa favorit. tapi ada satu dosa yang pasti dapat piala citra jika dilombakan, dosa favorit pemirsa :) hehe. dosa terfavorit buat saya. tentu saja ini rahasia, saya tidak akan bilang sama kamu. saya juga tidak akan bertanya apa dosa favoritmu. duh, kok jadi muter-muter gini, intinya saya mau ngomong apa sih?


dosa terfavorit itu biasanya susah tobatnya, rasanya seperti sambel pedes yang enak banget. kapok ketika sakit perut, tapi setelah sembuh, rasa nasi hambar, ya gabres lagi makan sambel. begitu seterusnya sampai mati. tapi, dosa terfavorit ini yang biasanya bisa mendekatkan diri sama tuhan, karena rasa bersalahnya kalo lagi apes nggak ketulungan. kalo lagi beruntung, ya jauh lagi. tapi tidak apa-apalah, mending sesekali dekat tuhan daripada jauh terus.

jika boleh mengajak merenung, sampai kapan sih kita memelihara si dosa terfavorit ini? saya tidak bicara tentang neraka. setelah saya pelajari, ternyata dosa terfavorit ini sangat merusak, baik itu pada diri sendiri, maupun lingkungan. efeknya bisa menghancurkan konsep diri kita. bahkan jika terlanjur, bisa membuat kita tidak kenal siapa diri kita, mengapa kita ada, dan akan kemana kita. nah lho!

itu tadi yang saya pelajari, bisa salah bisa benar. bagaimana dengan dosa terfavoritmu? apa yang telah kamu pelajari?

tidak ada??? haaahhhhh!!???!!??!!

Jumat, 29 Februari 2008

bi rasihisme

nyaris 20 tahun saya tidak ketemu dengannya, padahal nyaris 6 tahun saya diurusnya sejak bayi, jika tidak diingatkan, nyaris saja saya lupa....nyaris.

hehe, kok kata nyaris jadi favorit saya pagi ini.

namanya bi rasih, ia menyebutnya dirinya nini, pantas memang disebut nini, sudah keriput, ompong, suara bicaranya pun sudah seperti nenek-nenek di sandiwara radio tempo dulu. namun karena tinggal di perbukitan yang segar dengan jalan setapak yang naik turun, badannya yang berusia 80an itu masih nampak cenghar (tau cenghar ga? cenghar adalah bugar dalam bahasa sunda). bi rasih ini pengasuh saya waktu bayi, karena ibu saya sibuk bekerja, saya hampir saja percaya bi rasih ini ibu kandung saya.

bertemu seminggu lalu di kampungnya membuat saya terkaget-kaget. mimpi apa coba di keramaian pasar kampung tiba-tiba dipeluk nenek-nenek yang nampak girang setengah mati seperti ketemu cinta pertamanya. untung saja dia cepat menyebut dirinya, dan ingatan saya yang payah ini tiba-tiba saja agak cepat bekerja. jadilah kangen-kangenan (sejujurnya, saya juga kangen banget sama bi rasih ini) di tempat umum itu, meski hanya seperempat jam, kejadian itu cukup membekas dalam kepala saya.

begini bekasnya sodara sodari..
saya berpikir tentang waktu tempuh hidup manusia berbanding dengan kesempatan belajar dan berintegrasi dengan alam. umur saya sekarang 28, sedangkan bi rasih katakanlah 80 tahun. waktu tempuh bi rasih jelas sudah lama sekali. dengan waktu tempuh yang seluuamaa itu, sudah sampai manakah bi rasih, dan sudah sampai manakah saya?

lalu tentang kesempatan dan pilihan.
dari jalan hidup bi rasih yang sering didongengkan ibu saya, nampaknya kesempatan dan pilihan bi rasih untuk hidup lebih baik (setidaknya dalam standar materi orang "modern") sangat terbatas, dan mungkin dengan pilihan yang sangat terbatas itu bi rasih pernah salah pilih, bingung memilih, atau tidak memilih sama sekali. sehingga siklus hidupnya : lahir, menjadi tua, dan mati. tanpa banyak orang mengenalnya, dan jika pun sudah tiada, para pengenangnya hanya bisa dihitung dengan jari. ia tidak meninggalkan banyak hal di dunia ini.
sedangkan saya dianugerahi banyak kesempatan dan banyak pilihan. sehingga dengan waktu tempuh yang lebih singkat, jarak tempuh saya sudah lebih jauh dibanding bi rasih. saya juga pernah salah pilih, tidak memilih, dan bingung memilih, atau memilih bingung. seringkali pula mensia-siakan banyak kesempatan. tetapi jika saya mati, mungkin lebih banyak yang mengenang saya dibanding bi rasih. meski tidak menjamin kenangan baik lebih banyak dari kenangan buruk tentang saya.

nah, bi rasih membuat saya merenung-renung nung, tentang apa itu pilihan, apa itu kesempatan, apa itu waktu tempuh hidup, apa itu jarak tempuh hidup. dan sudah sampai mana saya?

bagaimana dengan anda sodara sodari? sudah sampai mana?

**hehe, jika pak karno punya marhaenisme, sepertinya saya punya bi rasihisme :))

Kamis, 28 Februari 2008

si iman yang merokok dan memaki

minggu lalu pulang kampung, di depan rumah ada pabrik baru, rumah saya yang di tengah kebun tidak senyap lagi. menjadi bising, meski kecil mesin pabrik itu sangat mengganggu. jadi males mau pulang kampung lagi. uh, saya mau cerita apa sih?

begini sodara-sodari, di pabrik milik sepupu itu ada sesuatu yang ganjil buat saya. anak kecil, umur 3 tahun, namanya iman (panjangnya sulaeman kayaknya), anak penjaga pintu pabrik itu. sehari-hari anak itu tidak pernah bermain dengan sebayanya, ia selalu menangis karena tidak pernah cocok dengan anak sebayanya. pagi jam 7 an bersama si bapak ia sudah nangkring di atas mesin pabrik, menemani operator bekerja, sepertinya ia sangat menikmatinya. sesekali, jika dikerjain sama pekerja-pekerja yang lain, ia berteriak "anjing!!", "goblog!", dan beberapa jenis binatang haram yang lain. itu saja belum cukup, tidak seperti anak-anak seusianya yang berhenti menangis dengan permen atau mainan warna warni. si iman ini baru berhenti menangis jika disogok oleh rokok dan secangkir kopi pahit. ngelepus ini anak.

saya tanya si bapak, dijawabnya dengan keluhan. entah siapa yang mengajari katanya, jika tidak merokok sehari saja anaknya sakit. mengenai bahasa makian juga anak itu tak pernah ada yang mengajari, bahkan orang-orang disekitarnya sangat menjaga ucapan ketika berada di dekat anak itu.

sodara-sodari, ada yang tahu solusi biar si iman berhenti merokok dan memaki? plis dong katakan, secepatnya akan saya sampaikan ke si bapak itu.

hatur nuhun.

keluar dari

keluar dari lingkungan yang membesarkan saya, seringkali membuat saya dihantui perasaan bersalah. bukan bersalah karena bertindak salah, karena semua tindakan yang saya ambil didasari pertimbangan matang, tetapi lebih karena takut menyinggung perasaan orang lain.

misalnya begini sodara-sodari, sebagai orang kampung, yang meskipun berasal dari keluarga yang tidak bodoh-bodoh amat, tetapi keluarga saya jarang sekali berinteraksi dengan dunia luar. agak sensitif terhadap "the other" dan sebisa mungkin tetap kukuh pada tradisi sampai mati. meski tidak galak-galak amat terhadap "the other" , seperti orang yang gemar bakar-bakaran terhadap "cara berpikir yang lain". pembicaraan tentang "the other" di keluarga saya sangat sensitif, hanya boleh dibicarakan, tetapi jangan disentuh dan didekati. halaahh, kalimat saya muter-muter ya? contohnya begini, mereka suka sekali belajar agama, bahkan suka belajar tentang agama orang lain. mulai berani merelatifkan kebenaran, toleran dan menjadi inklusif. tetapi ketika suatu ketika saya pulang membawa putri pendeta buat dinikahi, kayak kiamat kecil di rumah. namun beruntung waktu tidak memihak pada saya, sehingga kiamat kecil tidak berlanjut. tetapi saya kalah...

misalnya begini lagi sodara-sodari, meski tidak miskin-miskin amat, keluarga saya melarang berpikir besar. contohnya begini, karena kebetulan pergaulan dan intensitas berpikir ekonomi saya lebih sering (meski buruh, tapi ngurusin duit gede melulu) daripada kebanyakan anggota keluarga. bicara tentang sesuatu yang realistis dan pernah saya capai, selalu divonis ngibul belaka. tentu saja tidak urusan antara kemajuan saya dengan vonis mereka, tetapi jujur saja, sering membunuh motivasi untuk maju.

kata "saya" disini sebagai kata ganti dari "kita", "mereka" dan "banyak orang" yang mengalami hal yang sama. ada yang peduli ada yang cuek bebek saja. setiap kemajuan selalu minta korban, meski hanya korban perasaan orang lain yang luput kita sadari. hidup ini seperti timbangan, saat bandul kebaikan lebih berat mengarahkan jalan, ambil saja pilihan itu.

niat tulus untuk kemaslahatan, pasti lancar di jalan. yakin saja!

*mohon maaf jika sok bijak, efek samping tanggung sendiri.